[Makalah] Budaya Mencontek di Kalangan Pelajar

[Makalah] Budaya Mencontek di Kalangan Pelajar
Berikut adalah makalah yang disusun oleh Eko Wijayanto, mahasiswa Universitas Jambi yang berjudul Budaya Mencontek di Kalangan Pelajar. Jika ingin mendownload makalah ini, klik saja link berikut:

DOWNLOAD

Adapun isi makalah tersebut adalah sebagai berikut:

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Telah kita ketahui bersama bahwa budaya mencontek di kalangan pelajar sudah hal yang wajar bahkan seolah-olah sudah menjadi tradisi. Bahkan ketika Ujian Nasional pun tradisi contek-mencontek tidak penah ditinggalkan. Dengan alasan standar kelulusan semakin tinggi sehingga perbuatan contek-mencontek di halalkan. Mencontek sering kali diartikan sebagai bentuk solidaritas. Tapi solidaritas ini sering disalahartikan yaitu bagaimana kita membantu teman, baik dalam hal positif maupun negatif. Jika solidaritas diartikan sebagai solidaritas yang positif maka akan berdampak poositif juga, yaitu semakin eratnya rasa persatuan. Tapi jika solidaritas disalah artikan dengan memberikan contekan kepada teman tentu saja ini akan menyimpang arti dari solidaritas yang sebenarnya. Biasanya mereka beranggapan jika tidak memberikan contekan maka akan di anggap pelit dan tidak mempunyai teman. Hal ini yang membuat kita serba salah sehingga kita tetap mencontek meskipun kita tahu bahwa apa yang kita lakukan adalah hal yang salah.
Sadar atau tidak  mencontek dapat mendatangkan bahaya baik jangka pendek maupun jangka panjang, baik bagi penyontek maupun yang dicontek  Bila seorang siswa terbiasa mencontek, maka kebiasaan itulah yang akan membentuk dirinya. Beberapa karakter yang dapat dihasilkan dari kegiatan mencontek antara lain mengambil milik orang lain tanpa ijin, menyepelekan, senang jalan pintas dan malas berusaha keras. Bisa dipastikan, saat siswa sudah dewasa dan hidup sendiri, tabiat-tabiat hasil perilaku mencontek mulai diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mencuri, korupsi, manajemen buruk, pemalas tapi ingin jabatan dan pedapatan tinggi.

B.  Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari mencontek?
2. Bagaimana tinjauan psikologi tentang mencontek?
3. Apa faktor yang menyebabkan para pelajar mencontek?
4. Apakah dampak dari perbuatan mencontek?
5. Bagaimana cara mengatasi kebiasaan mencontek dikalangan pelajar?

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan informasi tentang pengertian mencontek dan faktor penyebab mencontek, untuk mengetahui tinjauan psikologi tentang mencontek, dan memberikan masukan tentang cara-cara mengatasi perbuatan mencontek di sekolah sehingga dapat memahami makna dari proses pembelajaran atau pendidikan. Dengan ditulisnya makalah ini diharapkan juga dapat mengetahui akibat dari perbuatan mencontek sehingga mempunyai kesadaran untuk tidak melakukan hal tersebut dan dapat menghindarinya bahkan dapat meninggalkan kebiasaan tersebut.

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Mencontek

Mencontek memiliki arti yang beraneka macam, akan tetapi biasanya dihubungkan dengan kehidupan sekolah khususnya bila ada ulangan dan ujian.

Ada berbagai macam pegertian tentang mencontek, yaitu:
1. Menurut Purwadarminta mencontek adalah sebagai suatu kegiatan mencontoh/meniru/mengutip tulisan, pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya.
2. Cheating (mencontek) menurut Wikipedia Encyclopedia sebagai suatu tindakan tidak jujur yang dilakukan secara sadar untuk menciptakan keuntungan yang mengabaikan prinsip keadilan.
3. Bower (1964) yang mendefinisikan “cheating is manifestation of using illigitimate means to achieve a legitimate end (achieve academic success or avoid academic failure)”. Maksudnya, mencontek adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang sah/terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis.
4. Deighton (1971) yang menyatakan “Cheating is attempt an individuas makes to attain success by unfair methods”. Maksudnya, mencontek adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara yang tidak jujur.
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa mencontek adalah suatu perbuatan atau cara-cara yang tidak jujur, curang, dan menghalalkan segala cara yang dilakukan seseorang untuk mencapai nilai yang terbaik dalam menyelesaikan tugas terutama pada ulangan atau ujian.
Pada dasarnya mencontek dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu mencontek dengan usaha sendiri dengan membuka buku catatan atau membuat berbagai catatan kecil yang ditulis pada kertas kecil, tangan atau di tempat lain yang dianggap aman dan tidak diketahui oleh guru atau pengawas. Dan yang kedua yaitu dengan meminta bantuan teman. Misalnya dengan meniru jawaban dari teman atau dengan berkompromi menggunakan berbagai macam kode tertentu, menerima jawaban dari pihak luar dan mencari bocoran soal.
Dalam perkembangannya mencontek dapat ditemukan dalam bentuk perjokian seperti kasus yang sering terjadi dalam UMPTN/SMPTN, memberi lilin atau pelumas pada lembar jawaban komputer atau menebarkan atom magnet dengan maksud agar mesin scanner komputer dapat terkecoh ketika membaca lembar jawaban sehingga gagal mendeteksi jawaban yang salah atau menganggap semua jawaban benar. Dan banyak cara-cara yang sifatnya spekulatif maupun rasional.
Ternyata praktik mencontek banyak macamnya, dimulai dari bentuk yang sederhana sampai dalam bentuk yang canggih. Teknik mencontek tampaknya mengikuti pula perkembangan teknologi, artinya semakin canggih teknologi yang dilibatkan dalam pendidikan semakin canggih pula bentuk mencontek yang bakal menyertainya. Bervariasi dan beragamnya bentuk perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai mencontek maka sekilas dapat diduga bahwa hampir semua pelajar pernah melakukan mencontek meskipun mungkin wujudnya sangat sederhana dan sudah dalam kategori yang dapat ditolerir.
Meskipun dapat dikatakan cara sederhana ataupun dengan cara yang canggih, dari sesuatu yang sangat tercela sampai yang mungkin dapat ditolerir, mencontek tetap dianggap oleh masyarakat umum sebagai perbuatan ketidakjujuran, perbuatan curang yang bertentangan dengan moral dan etika serta tercela untuk dilakukan oleh seseorang yang terpelajar.

B. Kategori Mencontek

Mencontek dapat dikatagorikan dalam dua bagian ; pertama mencontek dengan usaha sendiri; kedua dengan kerjasama. Usaha sendiri disini adalah dengan membuat catatan sendiri, buka buku, dengan alat bantu lain seperti membuat coretan-coretan dikertas kecil, rumus ditangan, di kerah baju, bisa juga dengan mencuri jawaban teman Kerjasama dengan teman dengan cara membuat kesepakatan terlebih dahulu dan membuat kode-kode tertentu atau meminta jawaban kepada teman.

C. Tinjauan Pskologi Tentang Mencontek

Menurut Vegawati, Oki dan Noviani (2004), pada saat dorongan tingkah laku mencontek muncul, terjadilah proses atensi, yaitu muncul ketertarikan terhadap dorongan karena adanya harapan mengenai hasil yang akan dicapai jika ia mencontek. Pada proses retensi, faktor-faktor yang memberikan atensi terhadap stimulus perilaku mencontek itu menjadi sebuah informasi baru atau digunakan untuk mengingat kembali pengetahuan maupun pengalaman mengenai perilaku mencontek, baik secara maya (imaginary) maupun nyata (visual).
Pertimbangan-pertimbangan yang sering digunakan adalah nilai-nilai agama yang akan memunculkan perasaan bersalah dan perasaan berdosa, kepuasan diri terhadap prestasi akademik yang dimilikinya, dan juga karena sistem pengawasan ujian, kondusif atau tidak untuk mencontek. Masalah kepuasan prestasi akademik juga akan menjadi sebuah konsekuensi yang mungkin menjadi pertimbangan bagi seseorang untuk mencontek. Bila ia mencontek, maka ia menjadi tidak puas dengan hasil yang diperolehnya.
Yesmil Anwar (dalam Rakasiwi, 2007), mengatakan sebenarnya nilai hanya menjadi alat untuk mencapai tujuan dan bukan merupakan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Karena pendidikan sejatinya adalah sebuah proses manusia mencari pencerahan dari ketidaktahuan. Yesmil Anwar mengungkapkan, bahwa mencontek terlanjur dianggap sepele oleh masyarakat. Padahal, bahayanya sangat luar biasa. Bahaya buat anak didik sekaligus untuk masa depan pendidikan Indonesia. Ibarat jarum kecil di bagian karburator motor. Sekali saja jarum itu rusak, mesin motor pun mati.

D. Faktor-Faktor Penyebab Mencontek Ketika Ujian

Menurut Nugroho (2008), yang menjadi penyebab munculnya tindakan mencontek bisa dipengaruhi beberapa hal. Baik yang sifatnya berasal dari dalam internal yakni diri sendiri, maupun dari luar (eksternal) misalnya dari guru, orang tua maupun sistem pendidikan itu sendiri.

1. Faktor dari dalam diri sendiri
a. Kurangnya rasa percaya diri pelajar dalam mengerjakan soal. Biasanya disebabkan ketidaksiapan belajar baik persoalan malas dan kurangnya waktu belajar.
b. Orientasi pelajar pada nilai bukan pada ilmu.
c. Sudah menjadi kebiasaan dan merupakan bagian dari insting untuk bertahan.
d. Merupakan bentuk pelarian atau protes untuk mendapatkan keadilan. Hal ini disebabkan pelajaran yang disampaikan kurang dipahami atau tidak mengerti dan sehingga merasa tidak puas oleh penjelasan dari guru atau dosen.
e. Melihat beberapa mata pelajaran dengan kacamata yang kurang tepat, yakni merasa ada pelajaran yang penting dan tidak penting sehingga mempengaruhi keseriusan belajar.
f. Terpengaruh oleh budaya instan yang mempengaruhi sehingga pelajar selalu mencari jalan keluar yang mudah dan cepat ketika menghadapi suatu persoalan termasuk tes atau ujian.
g. Tidak ingin dianggap sok suci dan lemahnya tingkat keimanan.

2. Faktor dari Guru
a. Guru tidak mempersiapkan proses belajar mengajar dengan baik sehingga yang terjadi tidak ada variasi dalam mengajar dan pada akhirnya murid menjadi malas belajar.
b. Guru terlalu banyak melakukan kerja sampingan sehingga tidak ada kesempatan untuk membuat soal-soal yang variatif. Akibatnya soal yang diberikan antara satu kelas dengan kelas yang lain sama atau bahkan dari tahun ke tahun tidak mengalami variasi soal.
c. Soal yang diberikan selalu berorientasi pada hafal mati dari text book.
d. Tidak ada integritas dan keteladpan dalam diri guru berkenaan dengan mudahnya soal diberikan kepada pelajar dengan imbalan sejumlah uang.
e. Kurangnya sistem pengawasan dari guru.

3. Faktor dari Orang Tua
a. Adanya hukuman yang berat jika anaknya tidak berprestasi.
b. Ketidaktahuan orang tua dalam mengerti pribadi dan keunikan masing-masing dari anaknya, sehingga yang terjadi pemaksaan kehendak.

Adapun beberapa faktor yang menyebabkan pelajar melakukan mencontek ketika ujian adalah sebagai berikut:
a. Tekanan yang terlalu besar yang diberikan kepada hasil studi berupa angka dan nilai yang diperoleh siswa dalam tes formatif atau sumatif.
b. Pendidikan moral baik di rumah maupun di sekolah kurang diterapkan dalam kehidupan siswa.
c. Sikap malas yang terukir dalam diri siswa sehingga ketinggalan dalam menguasai mata pelajaran dan kurang bertanggung jawab.
d. Anak remaja lebih sering mencontek dari pada anak SD, karena masa remaja bagi mereka penting sekali memiliki banyak teman dan populer di kalangan teman-teman sekelasnya.
e. Kurang mengerti arti dari pendidikan.
f. Karena terpengaruh setelah melihat orang lain melakukan mencontek meskipun pada awalnya tidak ada niat melakukannya.
g. Karena jawaban dari pertanyaan tersebut sama dengan yang ada pada buku sehingga bisa langsung disalin dari buku.
h. Merasa dosen atau guru kurang adil dalam memberikan nilai.
i. Adanya kesempatan atau pengawasan tidak ketat.
j. Takut gagal karena yang bersankutan merasa belum siap menghadapi ujian dan dia tidak ingin mengulang.
k. Ingin mendapat nilai tinggi
l. Tidak percaya diri sehingga tidak yakin pada jawabanya sendiri.
m. Terlalu cemas menghadapi ujian sehingga apa yang dipelajari sudah hilang sehingga terpaksa membuka catatan atau bertanya kepada teman yang duduk berdekatan.
n. Merasa sudah sulit menghafal atau mengingat karena faktor usia, sementara soal yang dibuat penguji sangat menekankan kepada kemampuan mengingat.
o. Mencari jalan pintas dengan pertimbangan daripada mempelajari sesuatu yang belum tentu keluar lebih baik mencari bocoran soal.
p. Menganggap sistem penilaian tidak objektif, sehingga pendekatan pribadi kepada dosen atau guru lebih efektif daripada belajar serius.
q. Penugasan guru atau dosen yang tidak rasional yang mengakibatkan siswa atau mahasiswa terdesak sehingga terpaksa menempuh segala macam cara.
r. Yakin bahwa dosen atau guru tidak akan memeriksa tugas yang diberikan berdasarkan pengalaman sebelumnya sehingga bermaksud membalas dengan mengelabui dosen atau guru yang bersangkutan.

E. Dampak dari Perbuatan Mencontek

a. Peserta didik akan menanam kebiasaan berbuat tidak jujur.
b. Pidak mau berusaha sendiri dan selalu mengandalkan orang lain.
c. Akan muncul generasi-generasi yang bodoh dan tidak jujur.
d. Para pelajar atau mahasiswa akan malas belajar.
e. Kreatifitas dalam dirinya terhambat.
f. Membodohi diri sendiri.
g. Penuh dengan rasa malas, putus asa, dan tidak bertanggung jawab.

F.  Cara Mengatasi Kebisaan Mencontek

Ada beberapa macam untuk mengatasi kebiasaan mencontek yaitu:

1. Dari dalam diri sendiri
a. Bangkitkan rasa percaya diri.
b.Arahkan self consept ke arah yang lebih proporsional.
c.Biasakan berpikir lebih realistis dan tidak ambisius.

2. Dari Lingkungan dan Kelompok
Ciptakan kesadaran disiplin dan kode etik kelompok yang sarat dengan pertimbangan moral.

3. Dari Sistem Evaluasi
a. Buat instrumen evaluasi yang valid dan reliable (yang tepat dan tetap).
b. Terapkan cara pemberian skor yang benar-benar objektif.
c. Lakukan pengawasan yang ketat.
d. Bentuk soal disesuaikan dengan perkembangan kematangan peserta didik dan dengan mempertimbangkan prinsip paedagogy serta prinsip andragogy.

4. Dari Guru atau Dosen
a. Berlaku objektif dan terbuka dalam pemberian nilai.
b. Bersikap rasional dan tidak mencontek dalam memberikan tugas ujian atau tes.
c. Tunjukkan keteladanan dalam perilaku moral.
d. Berikan umpan balik atas setiap penugasan.
Selain itu kita sebagai calon pendidik tentunya memiliki tugas yang berat dalam upaya mengatasi kebiasaan mencontek dikalangan pelajar. Salah satu upaya yang bisa kita lakukan sebagai calon guru ialah memberikan motivasi pada peserta didik yang mencontek pada saat ulangan agar peserta didik dapat bersikap jujur dalam menghadapi ulangan dan menanamkan rasa percaya diri pada setiap peserta didik.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam batas-batas tertentu mencontek dapat dipahami sebagai sesuatu fenomena yang manusiawi, artinya perbuatan mencontek bisa terjadi pada setiap orang. Sebagai bagian dari aspek moral, maka terjadinya mencontek sangat ditentukan oleh faktor kondisional yaitu suatu situasi yang membuka peluang, mengundang, bahkan memfasilitasi perilaku mencontek. Seseorang yang memiliki nalar moral, yang tahu bahwa mencontek adalah perbuatan tercela, sangat mungkin akan melakukannya apabila ia dihadapkan kepada kondisi yang memaksa.
Mencontek adalah tindakan negatif yang mempengaruhi kinerja otak yang membuat siswa menganggap enteng pelajaran tersebut. Mencontek merupakan salah satu wujud perilaku dan ekspresi mental seseorang. Ia bukan merupakan sifat bawaan individu, tetapi sesuatu yang lebih merupakan hasil belajar atau pengaruh yang didapatkan seseorang dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, mencontek lebih muatan aspek moral daripada muatan aspek psikologis.
Tidak munafik  jika kebiasaan mencontek sulit untuk dihilangkan. Bahkan penulis sendiri sangat sulit untuk meninggalkan kebiasaan mencontek ini. Namun kita tidak boleh hanya menyerah dengan kebiasaan buruk ini, tapi kita harus tetap berusaha menjadi manusia yang lebih baik. Jika kita memang benar-benar sulit menghilangkan kebiasaan ini, tapi paling tidak kita dapat meminimalisir kebiasaan mencontek ini. Bukan hal yang mustahil kebiasaan ini untuk dihilangkan, jika tekad dan niat kita sungguh-sungguh maka tidak mungkin jika tidak dapat meninggalkan kebiasaan ini.
Mencontek bukanlah salah satu bentuk solidaritas, tapi justru mencontek itu adalah bentuk dari kecurangan. Mencontek adalah suatu perbuatan atau cara-cara yang tidak jujur, curang, dan menghalalkan segala cara yang dilakukan seseorang untuk mencapai nilai yang terbaik dalam menyelesaikan tugas terutama pada ulangan atau ujian.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Anisah. 2012. Kebiasaan Mencontek.  http://aceh.tribunnews.com.
Alhadza, Abdullah. 2004. Makalah mencontek (Cheating) di Dunia Pendidikan. http;//www.depdiknas.go.id/Jurnal.
Megawangi, Ratna. 2005. Indonesia Merdeka Manusia Indonesia Merdeka?. http://www.suarapembaruan.com
Poedjinoegroho, Baskoro. 2006. Biasa Mencontek Melahirkan Koruptor. http://ilman05.blogspot.com. Rakasiwi, Agus. 2007. Nyontek, Masuk Katagori “Kriminogen”. http://www.pikiran-rakyat.com.
Sujinalarifin. 2009. Mencontek, Penyebab dan Penanggulangannya. http://sujinalarifin.wordpress.com/2009.
Vegawati, Dian., Oki, Dwita.,P.S., Noviani, Dewi, Rina. 2004. Perilaku Mencontek di Kalangan Mahasiswa. http://www.pikiran-rakyat.com.
Widiawan, Kriswanto. 1995. Mencontek Jadi Budaya Baru. http://www1.bpkpenabur.or.id/kwiyata.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel